CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 24 Desember 2011

25 Desember 2011

HARI INI TANGGAL 25 DESEMBER 2011 !!!
yakk itu artinya ini HARI NATAL ! selamat hari Natal ya bagi yg ngerayain u,u
hri ini juga ULANG TAHUNNYA NOPAL adeknya egik u,u semoga makin cakep makin lucu makin pinter dan semakin semakin semakin ya nopla :*
hari ini juga LARAS PINDAH :'(
sedihh banget, karna Laras termasuk bagian dari NATO !!
pertama kali laras masuk ke sman5, itu lagi UHB haha kasian banget laras waktu itu :')
tapi Laras orangnya baik, cantik, gak pelit, asik banget diajak ngobrol yaa pokoknya mudah akrab sm Laras :'(
Buktinya di twitter banyak banget yg ngegalauin Laras haha jangan geer ja ras :p
Kenangan sm Laras itu banyak banget apalagi waktu nyari Insektarium :"
aaaa JANGAN LUPAIN KAMI YA RAS
WE WILL EVER NEVER FORGET YOU LARASATI AYUNINGTYAS :')

Rabu, 21 Desember 2011

Greyson Chance






Nama Lengkap
Tanggal Lahir16 Agustus 1997
Wichita Falls, Texas, Amerika Serikat
Kota AsalEdmond, Oklahoma, Amerika Serikat
GenrePop rock
InstrumenPiano, vokal
Tahun aktif2010–sekarang
LabelEleveneleven, Maverick Records, Geffen Records
Situs webgreyson-official.com






Selasa, 20 Desember 2011

Sad Story :')

diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh
Lian Shu Xiang

Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.

Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah. Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata ”Mari,kita jemput nenek di kampung”.

Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:”Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?” Aku menjelaskannya kepada nenek:”Ibu, rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira.”Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa: “Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga.”

Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil berkata:”Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang sebenarnya.” Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.

Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes.

Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.

Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting pintu dan menangis..Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak perduli. Aku menjadi kecewa dan marah.”Apa salahku?” Dia melotot sambil berkata:”Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu mati?”

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku, seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:”Lu di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?” sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia akhirnya berkata:”Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap pagi.”Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba canggung itu.

Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!. Pertama kali dalam perkimpoianku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku segera mengejarnya keluar rumah.

Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek. Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:”Lu Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter.”Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?

Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi….. mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?

Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi, memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu. Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku dengan wajah bingung.”Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam hati:”Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?” Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.

Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku  penuh dengan kebencian. Jika aku tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika……… .dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.

Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi………, semua berlalu begitu saja.

Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.

“Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya:”"Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya”".Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.

Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.”"Lu Di, kamu hamil?”" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab:”"Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi”".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku..Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali. “Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:”Maafkan aku, maafkan aku”. Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas.

Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak. Dia lupa…….., itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?

Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya.

Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwa. Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami ”Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah. “”"Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai”".

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku.”"Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya”".”

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: “Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya”.Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum..anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata………………..

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini. Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita ini :”Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.

Sad Love Story :') *copas*

Ini adalah kisah Jane. Aku punya teman dari kecil namanya Jin.Aku selalu menganggapnya hanya sebagai teman biasa,hingga akhir tahun kemarin sepulang dari cafe.Aku menyadari bahwa aku mencintainya.Sebelum sampai rumah..aku memberanikan diri menyatakan cinta padanya.Tak lama kmudian kamipun menjadi sepasang kekasih,tapi cara kami mencintai satu sama lain sangatlah berbeda.Aku hanya mencurahkan cintaku padanya,sedang Jin punya begitu banyak gadis.Bagiku dialah satu-satu nya,baginya aku mungkin hanya "salah satu"gadisnya..."Jin maukah kamu menonton film denganku?" aku brtanya.."tidak bisa,aku ada urusan dengan temanku"..dia selalu menjawab seperti itu.Dia mengobrol dengan gadis di depanku seolah aku tak ada,aku hanyalah seorang pacar yang di ajak jalan brsama.

Kata "CINTA"hanya keluar dari mulutku.Sejak kami jadian tak pernah sekalipun ia mengucap "Aku cinta kamu"kepadaku.Bagi kami tak pernah ada saat-saat romantis.Dia tak pernah mengucap kata cinta sejak hari pertama jadian..100hari..200hari..Hanya setiap hari sebelum kami berpisah,dia selalu memberiku sebuah boneka,tiap hari tanpa terkecuali.
Kemudian suati hari..
Aku    : Jin..mmm aku...
Jin     : Apa?..jangan bertele-tele katakan saja.
Aku    : Aku cinta kamu ..Jin
Jin     : Kamu..hmm..ambil boneka ini dan pulanglah .
Begitulah ia mengabaikan tiga kata dari ku dan memberiku boneka seperti biasa. Kemudian dia lenyap bak di telan bumi. Boneka-boneka itu aku terima tiap hari,memenuhi kamarku satu per satu,hingga menumpuk.
Kemudian suatu hari datang,ultahku ke 16. Saat aku bangun pagi,aku membayangkan pesta bersamanya. Akupun terpaku di kamar menunggu dia menelpon. Namun..makan siang berlalu..makan malam berlalu ..hingga langit gelap gulita,ia tak kunjung menelpon apalagi datang.
Kemudian sekitar jam 2pagi,telpon berdering..hingga aku terbangun. Ternyata darinya,ia memintaku keluar rumah. Aku pun berlari kegirangan.
Aku    : Jin..Jin..
Jin      : Ini..terimalah ini..
Lagi lagi dia memberiku boneka.
Aku     : Apa ini..?
 Jin     : Kemarin aku tidak sempat memberikannya..jadi ku berikan sekarang..sampai jumpa..bye .
Aku     : Tunggu Jin..tunggu..tahukah kamu sekarang hari apa?.
Jin       : Hmm..hari apa ya?.
 Aku merasa sangat sedih,ku kira dia ingat ultahku. Dia memutar badan mau melangkah pergi..akupun berteriak.
Aku     : Tunggu..Jin ada yang harus kamu ucapkan..!katakan kamu mencintaiku jin..
Jin       : Apa?..
Aku     : Katakan..
Aku mengiba padanya. Tapi dia hanya mengucapkan kata-kata sederhana dan melangkah pergi..
Jin       : Aku tak ingin mengucapkan bahwa aku mencintai seseorang dengan begitu mudah..,jika kmu tidak tahan dengan sikapku maka carilah pria lain.
Itulah ucapannya. Dia pun berlalu,kakikupun terasa lemas dan aku tertunduk lesu.. Dia tidak bisa mengucapkannya dengan mudah ..bgmna bisa?.. Akupun mulai merasa dia bukan pria ya tepat untukku.
Setelah hari itu aku sering mengurung diri di kamar,menangis tiap hari. Dia tidak menelpon meski ku tunggu. Dia hanya masih memberiku bonka tiap hari di luar pintu rumahku. Terus begitu hingga memumpuk di kamarku. Setelah sebulan..di saat aku brangkt sekolah,lukaku seakan semakin sakit. Aku melihatnya bercanda dengan seorang gadis. Tampak senyuman di wajahnya yang tak pernah ia tunjukkan di depanku..dia hanya memberiku boneka. Akupun berlari pulang sambil menangis..ku tatap boneka-boneka di kamarku ..air matakupun menetes. Kenapa dia memberiku boneka-boneka ini?..mungkin diapun memberikannya pada wanita lain..dalam keadaan marah..aku lempar semua boneka di kamarku.
Kemudian tiba-tiba telpon berdering..ini adalah dia. Dia memintaku ke halte di depan rumahku. Akupun berjalan ke halte bus . Aku berusaha menenangkan hatiku dan mengingatkan diriku untuk melupakannya..ini harus berakhir.
Kemudian dia ada di depanku memegang sebuah boneka besar.

Jin     : Jane...kupikr kamu tak akan datang..
Aku terdiam dan mengingatkan diriku untuk melupakannya. Setelah beberapa saat,iapun seperti biasa memberikan boneka kepadaku..
Aku     : Aku ..aku tak butuh ini!
Jin       : Mengapa...?
Akupun merampas boneka di tangannya dan kubuang ke jalan raya..
Aku     : Aku tak butuh boneka darimu lagi..!aku tak ingin melihat wajah sepertimu lagi!.
Aku mengeluarkan semua yang mengganjal di hatiku. Tapi tak seperti biasa,matanya begitu berkaca kaca
Jin       : Maafkan aku..
Dia memohon maaf dengan suara lirih. Kmdian dia berjalan ke jalan raya mau mengambil boneka yang ku buang..
Aku     : Kamu bodoh untuk apa kmu ambil boneka itu,.buang saja!.
Dengan angkuh aku berteriak. Tapi dia tak menghiraukanku dan tetap berjalan ke boneka itu. Tiba-tiba..'HOONK'dengan suara keras sebuah truk mengarah padanya..
Aku     : Jin..menyingkir..pergi dari sana !!!
Aku berteriak..tapi dia tak mendengarnya..diapun membungkuk dan mengambil boneka itu.,.'HOONK'HOONK'...BAAAM'truk tersebut menabraknya.'.
Itulah bagaimana orang yang ku cinta meninggalkanku,tanpa sempat membuka matanya dan mengucapkan sepatah kata untukku. Setelah hari itu aku melalui dengan perasaan bersalah karena kepergiannya.
Setelah menghabiskan waktu dua bulan bagai orang gila..aku lihat kembali boneka-boneka pemberian jin. Hanya mereka kenang2an darinya semenjak kami pacaran. Akupun teringat tiap detik yg ku lalui bersamanya..1..2..3 bgtulah akupun mulai menghitung boneka2 pemberiannya..484...485.!
Berakhir di bonka ke 485..akupun mulai menangis lagi dengan bneka yg ku peluk erat-erat..."aku cinta kamu-aku cinta kamu"aku terperanjat kaget dan ku jatuhkan boneka itu.."aku cinta kamu..?".aku ambil kembali boneka itu dan ku pencet perutnya.."aku cinta kamu-aku cinta kamu"..aku bingung.."bagaimana mungkin?"akupun memencet semua boneka di kamarku.."aku cinta kamu-aku cinta kamu"suara itu keluar tanpa henti dari masing-masing boneka.."aku mencintaimu"..mengapa aku tak menyadarinya?..bahwa hatinya selalu disisiku,menjagaku. Mengapa aku tak sadar akan cintanya yang begitu besar padaku. Akupun mengambil boneka di bawah ranjangku,bneka paling besar. Ini bneka terakhir yg ku buang di jalan,di hari kepergiannya. Masih ada noda darah di boneka ini. Aku pencet perutnya..keluarlah sebuah suara yang selalu ku rindu....."jane...tahukah kamu..hari apa ini?.kita telah saling mencinta selama 486 hari.tahukah kamu apa itu 486?..486 hari aku tak mampu mengucap cinta dari mulutku..karena aku terlalu malu...karena kebodohanku... Jika hari ini kamu memaafkanku...dan menerima boneka ini,akan ku ucap AKU CINTA PADAMU tiap hari dalam hidupku hingga aku mati ..jane..I LOVE YOU..AKU CINTA PADAMU"
Air matapun berlinang tanpa henti di wajahku...mengapa?mengapa Tuhan..mengapa baru sekarang aku tahu?dia tak bisa di sampingku tiap saat..tapi dia mencintaiku hingga akhir hayat...hanya karena keangkuhan dan kesombonganku dia pergi.!
Dari peristiwa tersbut aku sadar bahwa..."lebih baik kehilangan kesombongan dan keangkuhan demi orang yang kita cinta...dari pada kehilangan cinta hanya karena kesombongan dan keangkuhan yang tak berarti"